
PENDIDIKAN - Hesih Permawati, mahasiswi asal Koba, Kabupaten Bangka Tengah mendadak jadi bahan pembicaraan warga Bangka Belitung, lantaran prestasinya yang luar biasa. Mahasiswi Universitas Sriwijaya semester 8 itu telah memenangkan ASEAN Youth Excursion Singapore 2016.
Ia berhasil lolos sebagai peserta presentator karya ilmiah tentang nuklir dalam konferensi International Youth Nuclear Congress di Hangzhou, Cina. Dia pun menjadi peserta termuda dalam konferensi ini.
Kabar suksesnya mahasiswi asal Bangka Belitung dalam bidang nuklir itu membuat Gubernur Bangka Belitung, H Rustam Effendi, langsung kesemsem. Senin (8/8/2016) kemarin ia memanggil Hesih agar bertandang ke rumah dinasnya di Air Itam, Pangkalpinang.
Rustam ingin mendengar langsung perjalanan mahasiswi berjilbab tersebut. Hesih yang awalnya tak menyangka akan dipanggil Gubernur mengaku kaget.
Di depan Rustam, wanita itu mengungkapkan kekesalannya dengan pemerintah daerah. Sebab, berkali-kali dia mengajukan proposal bantuan beasiswa ke Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah untuk penelitian, tetapi selalu tak mendapatkan jawaban.
"Agustus 2015, saya mengajukan bantuan ke Pemerintah Kabupaten Bangka, tapi tidak ada tanggapan sama sekali. Tapi saya punya tekad kuat untuk mengikuti ajang kontes nuklir tersebut. Alhamdulilah dengan bantuan kampus dan uang pribadi, saya pun berangkat juga," katanya.
Hesti tak menyangka akan dipanggil orang nomor satu di Babel. Sebab, dia mengaku sudah putus asa mengajukan beasiswa ke pemerintah. "Sebenarnya saya itu sudah bosan menunggu jawaban, beberapa proposal saya tak pernah ada jawaban, makanya saya kaget saat utusan pak gubernur mengundang saya ke rumah dinas," kata Hesti.
Anak pertama dari empat bersaudara pasangan Hasanudin dan Mardiana ini memang sejak duduk di bangku SMP tertarik mata pelajaran Fisika. Berkat kepintaranya dalam bidang Fisika alumnis SMAN I Koba Bangka Tengah Provinsi Bangka Belitung, mendapatkan beasiwa di Universitas Sriwijaya Palembang.
Kecintaanya kepada bidang fisika pun berlanjut saat duduk di bangku SMA. Dia pun mulai bergabung dengan komunitas peneliti nuklir. "Pelajaran fisika itu favorit saya sejak SMA, setelah kuliah saya lebih mendalami nuklir Pak...," ucap hesih yang aktif di berbagai komunitas peneliti nuklir muda.
Mengenai keterlibatan dirinya dalam ajang konferensi internasional yang diikuti 30 negara di dunia itu, Hesih mengaku ia lakukan atas inisiatifnya sendiri. Setelah mendapat informasi dari komunitasnya, ia lalu mengirimkan karya tulis ilmiah berjudul 'Teknologi Radiasi Gama di Bidang Pangan'.
Setelah melalui serangkaian seleksi ketat, karyannya terpilih untuk dipersentasikan dalam ajang tahunan International Youth Nuclear Congress di China, 31 Juli 2016 lalu.
"Tulisan ini hasil penelitian dan pengamatan saya tentang pemanfaatan nuklir non daya. Masyarakat cenderung mengenal nuklir itu sebagai sesuatu yang berbahaya seperti bom, padahal di negara adi dayanuklir memiliki banyak manfaat. Nah karya saya berkaitan dengan pemanfaatan energi nuklir untuk pengawetan bahan makanan," jelasnya/
Bagaimana ilmunya bisa diterapkan untuk kemaslahatan masyarakat Babel? Kepada Rustam Hesih, memaparkan potensi Babel yang kaya akan bahan baku nuklir seperti kandungan uranium dan torium yang terdapat dalam limbah timah. Jika masyarakat lebih terbuka terhadap energi ini, maka dengan pemikirannya bisa berdampak pada ketahanan pangan Indonesia.
Sumber: TRIBUNNEWS.COM