-->

Thursday, 19 January 2017

Indonesia Tengah Hadapi “Perang”


PERISTIWA - Perang tidak hanya berupa gencatan sejata, perang juga dapat berupa penghancuran sebuah negara dengan cara merusak sendi-sendi yang selama ini membuat negara itu kokoh. Kondisi ini sejatinya tengah terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Republik ini tengah menghadapi “perang” tanpa senjata yang disebut perang dunia maya (cyber war).

Hal itu diungkapkan Mayjen TNI (Purn) DR. (HC) IGK Manila, S.IP, dalam wawancara esklusif Bali TV, Bali Post, dan Indonesia Network. Sekretaris Anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini menerangkan perang cyber terjadi ketika negeri ini dihadapkan dengan kemajuan teknologi yang tidak terkontrol. “Perang cyber kita hadapi saat ini, di mana sosial media mempermainkan dunia kita. Ini bahayanya lebih hebat dari senjata dan bisa menghancurkan NKRI dengan menyerang, baik ideologi pancasila, politik, sosial dan ekonomi,” ungkapnya.

Menurutnya, perang tak lagi sejata melawan senjata, namun musuh akan menghancurkan Indonesia dengan model-model cara dan taktik yang tidak mengunakan sejata, namun dengan model lain salah satunya perang cyber. “Bayangkan rupiah kita bisa dipermaikan, padahal tanpa gencatan senjata. 

Penistaan agama. Negara lain bisa menyetop itu (cyber war), kenapa kita tidak bisa? Ini karena kebiasaan membaca di Indonesia 0,00 persen, tapi kepemilikan handphone nomor 4 di dunia. 
Bayangkan kita punya IT, tapi tidak dibarengi dengan budaya membaca, sehingga mudah dibohongi,” terangnya.

Dikatakan, melalui perang cyber, masyarakat Indonesia tidak bisa membedakan antara benar atau salah. Kondisi ini telah menyerang kemana-mana hingga menggoyang kebhinekaan dengan isu-isu rasis. “Kita Bhineka Tunggal Ika, jangan coba-coba menseragamkan kita harus jaga dan dirawat, sehingga menjadi negara kesatuan NKRI,” ucapnya.

Tokoh Bali ini berharap segara ada payung hukum tetang undang-undang nonmiliter, sehingga serangan itu dapat diatasi. Sebab, Indonesia tidak boleh lagi kehilangan sejengkal tanah. “Kita sudah kehilangan dua pulau tanpa peluru. Masyarakat tidak tahu dan tidak merasakan kalau kita diadu domba, sepuluh tahun lagi bayangkan yang terjadi dengan adanya perang ini,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, IGK Manila juga berpesan untuk menjaga keutuhan NKRI dengan menjaga kemajemukan, karena setiap daerah memiliki kekhasan sendiri. “Kenapa Bung Karno melarang bangunan tinggi di Bali, karena dia tidak ingin keutuhan dan keaslian Bali hilang begitu saja. Bali jangan menjadi Hawaii, jadi jangan samakan dengan daerah lain,” pungkasnya. (Parwata/balipost)

Sumber Berita
 

Delivered by FeedBurner