Facebook.com/Emma Palmer
London - Sebuah kaos yang dijual di Disney Store London menjadi perbincangan di media sosial, bahkan menjadi pemberitaan media. Ini diawali ketika seorang ibu bernama Emma Palmer mengunggah foto kaos yang tak disukainya itu di Facebook.
1. Ia mempersoalkan tulisan pada kaos tersebut
Facebook.com/Emma Palmer
Kaos untuk anak perempuan tersebut bertuliskan "Shoes Speak Louder Than Words" yang dalam Bahasa Indonesia berarti "Sepatu Berbicara Lebih Kencang Daripada Kata-kata". Menurut Palmer, tulisan tersebut tidak sesuai dengan pesan apa yang seharusnya diusung oleh Disney. Ia pun menulis caption:
"Aku melihat hal memalukan dari kaos yang dijual di Disney Store di Westfield kemarin, ditujukan untuk anak-anak perempuan. Ini adalah segala yang keliru dengan pesan tersembunyi kepada anak-anak perempuan..Ini 2018..Tentunya sudah sangat diketahui banyak orang bahwa isi otak dan kata-katamu JAUUUHH lebih penting daripada sepatumu!"
2. Palmer percaya bahwa meski penampilan itu penting, tapi tak bisa mengalahkan kepandaian
Unsplash.com/Jacob Dyer
Ibu dari dua anak tersebut merasa bahwa seharusnya Disney tidak mengeluarkan tulisan seperti itu pada produk mereka. "Pesan-pesan yang kamu berikan kepada seorang anak perempuan seharusnya tentang apa yang mereka pikirkan, kepandaian mereka dan apa yang mereka harus utarakan—bukan seperti apa penampilan mereka,"kata Palmer kepada BuzzFeed.
Ia menambahkan,"Aku memahami bahwa menyenangkan rasanya bisa berdandan, pakai riasan dan punya sesuatu yang indah-tapi intinya adalah tak mungkin aku memilih itu sebagai pengganti dari otak, atau apa yang aku harus katakan."
3. Ia ingin orangtua lebih memperhatikan jenis-jenis pesan seperti itu
Unsplash.com/Denys Nevozhai
Palmer menilai bahwa orangtua punya peran penting dalam melawan pesan-pesan sponsor yang menyasar anak-anak mereka dengan memainkan stereotip dengan halus. "Kamu mulai dengan sebuah iklan, sebuah kaos, atau masuk ke toko mainan dan semuanya merah jambu dan terus menerus begitu," ucapnya.
Palmer sendiri mengaku anak perempuannya sempat berkata bahwa ia tak bisa menjadi pintar karena ia perempuan, dan anak laki-lakinya ingin belajar balet tapi tak mungkin sebab ia laki-laki. "Aku tak ingin membuat anak perempuanku jadi laki-laki dan aku tak mau membuat anak laki-lakiku jadi perempuan. Aku hanya ingin mereka tahu bahwa apapun yang ingin mereka lakukan dan apapun yang mereka sukai adalah OK," tegasnya.
4. Selain Palmer, seorang nenek juga sempat mengkritik produk Disney
Mercury Press via The Independent
Dikutip dariThe Independent, seorang nenek bernama Nicolette Harvey dari Essex, Inggris, juga mengaku punya masalah dengan satu produk Disney. Ia memprotes mengapa Disney menjual bulu mata palsu dengan bungkus berwarna merah jambu dan biru muda, serta memiliki gambar Cinderella di bagian atasnya.
Harvey mengaku tak setuju bila anak-anak kecil sudah diajari berdandan dengan memakai bulu mata palsu seperti itu. Ia juga khawatir lem bulu mata palsu itu berbahaya bagi anak-anak.
"Aku tak setuju dengan seksualisasi anak-anak perempuan dengan cara ini dan Disney akan menarik perhatian mereka kepada produk itu. Aku tahu pasti bahwa cucu perempuanku akan lebih dari tertarik apalagi ada logo Disney dibanding produk lain," tambahnya.
Juru bicara Disney sendiri mengatakan bahwa bulu mata palsu itu dibuat untuk remaja dan orang dewasa. "Simbol 3+ di bagian bungkus tidak merujuk kepada usia, tapi sebagai pengingat bahwa produk ini memiliki bagian-bagian kecil."
Sumber Berita
Saturday, 6 January 2018
NEXT ARTICLE
Next Post
PREVIOUS ARTICLE
Previous Post
NEXT ARTICLE
Next Post
PREVIOUS ARTICLE
Previous Post