PERISTIWA - Dugaan kelalalaian proses persalinan kembali terjadi. Korbannya adalah Yuli Supriati (36 tahun), kini terbaring lemas di Rumah Sakit Melinda dua, yang sebelumnya menjalani operasi cesar di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung, Jawa Barat.
Suami Yuli, Asep Irfan Rahman Gojali (39 tahun), menjelaskan istrinya mengalami koma enam hari di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Astanaanyar Kota Bandung tanpa kejelasan penyebab setelah dioperasi berjam-jam di rumah sakit milik Pemerintah Kota Bandung itu.
"Ada sekitar sepuluh jam. Dari jam 01.00 WIB, istri saya dioperasi cesar untuk mengeluarkan janin yang katanya meninggal di dalam kandungan," ujar Asep kepada wartawan pada Rabu, 18 Mei 2016.
Asep menduga, adanya asumsi dokter soal meninggalnya janin di rahim istrinya itu, setelah dirujuk ke RSKIA Astanaanyar. Sebelumnya, Yulli menjalani proses persalinan di Klinik Alfaiha Medika, Jalan Parakansaat, Kecamatan Arcamanik.
"Kami memang rutin memeriksakan kandungan di Alfaiha. Waktu pembukaan dua (proses lahiran) pada 3 Mei 2016, kami ke klinik. Waktu itu ada dokternya. Dia bilang kalau pembukaan lima, janin susah keluar akan dipecah ketubannya," katanya.
Namun, kata Asep, dokter justru menghilang ketika pembukaan lima. Bahkan, Asep dan istrinya menunggu kedatangan dokter kandungan itu di Klinik Alfaiha. Dokter pun tak kunjung datang hingga istrinya mengalami pembukaan delapan.
Bahkan, Klinik tak berusaha mencari dokter pengganti. Akibatnya, keluarga resah dan terus menanyakan keberadaan dokter.
"Kami ditawarkan proses melahirkan dilakukan bidan. Tapi kata bidan, istri saya tidak ada tenaganya. Karena kurang pengalaman dia panik, posisi sudah bagus padahal. Akhirnya kami dirujuk ke RSKIA Astanaanyar," ujar Asep.
Kendati demikian, harapan memiliki anak masih memicu untuk berusaha, namun terkejut ketika melihat kendaraan ambulans yang dipakai untuk membawa istrinya ke RSKIA Astananyar. Mobil ambulans itu menyerupai mobil pribadi biasa, tanpa fasilitas berbaring pasien di bagian belakang mobil itu.
"Tubuh istri saya dimasukkan ke ambulans itu susah. Lebih baik angkot. Posisi istri saya duduk, jadi kandungannya seperti tertekan. Jadi saya merasa tidak diperhatikan, saya sudah mem-booking untuk melahirkan tapi tidak ada tanggung jawab," katanya.
Menurut Asep, istrinya dalam kondisi tidak ingat apa pun ketika dibawa ke RSKIA Astanaanyar, hingga akhirnya masuk ke ruangan operasi. Saat tiba, mendapatkan kabar buruk soal janin di dalam kandungan istrinya itu, bahwa dokter di Klinik Alfaiha yang melakukan operasi cesar istrinya.
"Tapi pas operasi cesar, kok, jadi merembet ke rahim, harus diangkat karena pendarahan. Jadi, ada asumsi kesalahan medis sehingga rahim robek atau faktor lain," kata Asep.
Berjam-jam istrinya berada di meja operasi yang didampingi seorang dokter dan anastesi. Keluarga pun akhirnya meminta kepada rumah sakit untuk penanganan agar lebih baik dan akhirnya didatangkan seorang dokter bedah.
"Setelah operasi kondisinya justru malah kritis, kondisinya juga bukan berangsur membaik. Ketika dirujuk ke RS Melinda, kondisi istri saya itu sudah tidak bisa diselamatkan," katanya.
Sejumlah uang telah dikeluarkan Asep untuk mempertahankan nyawa istrinya dengan impian mendidik bakal calon anak sembari mengelola pesantren di Gedebage pun sirna.
Ironis, akibat kejadian itu, tak mungkin lagi memiliki keturunan lagi setelah rahimnya istrinya diangkat. Sampai sekarang Asep mengaku belum mendapat penjelasan dari Klinik Alfaiha dan RSKIA Astanaanyar.
"Saya sudah ikhlas dengan meninggalnya anak saya. Mungkin ini cobaan buat saya dari Allah, tapi saya tetap minta keadilan karena ada kelalaian sehingga terjadinya hal ini," kata Asep.
Manajemen RSKIA Astanaanyar Kota Bandung belum bisa dimintai klarifikasi dan konfirmasi soal peristiwa yang dialami Asep. Pihak yang berhak memberikan jawaban soal itu tidak bisa diganggu karena tengah menjalani penilaian akreditasi. Senada dengan RSKIA, Klinik Alfaiha pun belum mau berkomentar meski telah bertemu pemilik Klinik Alfaiha. (ase)
Sumber: VIVA.co.id