SEPAKBOLA - Bila menengok kepada suporter di benua biru, Eropa. mereka dalam memberikan dukungan kepada timnya sangatlah dewasa bila dibandingkan suporter sepak bola Indonesia saat ini.
Di Eropa, mereka mempunyai prinsip "rivalitas hanya 90 menit", sudah menjadi hal yang biasa jika setelah pertandingan para suporter dari dua kesebelasan terlihat akrab dan romantis seperti semula.
Sepak bola yang seharusnya menyatukan kita, akan tetapi fenomena yang terlihat satu suporter dengan suporter lainnya seperti adanya sekat batas hubungan antar suporter. fenomena ini mewujudkan belum dewasanya suporter di Indonesia saat ini, yang seharusnya perbedaan itu indah, tetapi mereka memaknai perbedaan itu haram baginya.
Bagi suporter yang bijak selalu ada ketika menang ataupun kalah, karena dalam kompetisi menang kalah adalah hal yang biasa. berbeda dengan suporter yang apatis, alasan fanatisme, ia akan menghalalkan segala cara agar tim yang di dukungnya selalu menang hingga harus rela mengorbankan salah satu nyawa dari mereka.
Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi jika dunia sepak bola Indonesia sering menjadikan tumbal manusia pada setiap tahunnya, sudah tidak bisa dibedakan antara nyawa nyamuk dan nyawa manusia. mereka lebih mengutamakan ego sendiri, karena baginya kenyamanan di stadion selalu menjadi nomer satu, dan ketika kenyamanan mereka di usik maka menghilangkan nyawa adalah jalan solusinya.
Berikut Suporter Yang Meninggal 2017 :
Ferdian Fikri (Viola, Persita Tanggerang)
Agus Sulistyo (Brajamusti, PSIM)
Agen Astrava (The Jack, Persija)
Ardi Prasetyo (PPSM)
M. Nur Ananda (Warga, Persibas Vs PSS)
Ricko Andrean (Bobotoh, Persib)
M. Hilm Adam (Bonek, Persebaya)
Putri Amanda (Bonek, Persebaya)
Yuni Khalimatus (Bonek, Persebaya)
Catur Yuliyanto (Indonesia Vs Fiji)
Banu (Viola, Persita Tanggerang)
Sumber Berita
Saturday, 14 October 2017
PREVIOUS ARTICLE
Akhirnya Kata “Tercyduk” Jadi Lagu Dangdut Juga
PREVIOUS ARTICLE
Akhirnya Kata “Tercyduk” Jadi Lagu Dangdut Juga