Bondowoso - Usai embusan gas beracun Kawah Ijen, Jawa Timur, Rabu, 21 Maret 2018, tidak terlihat perubahan tinggi asap, warna asap, tekanan asap, dan warna air di kawah tersebut. Hasil pemantauan visual petugas Pos Pengamatan Gunungapi (PPGA), menyebut kegempaan dan konsentrasi gas, tingkat aktivitas Gunung Ijen masih Level I atau normal.
Badan Geologi KESDM melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, gempa Vulkanik Dangkal (VB) hingga Kamis, 22 Maret 2018, pukul 16.00 WIB seismograf merekam 14 kali gempa vulkanik dan sekali gempa embusan. Kondisi itu menunjukkan kondisi kegempaan Kawah Ijen di atas rata-rata harian.
Meski begitu, Kepala Bidang Mitigasi Bencana Gunung Api Badan Geologi, Wawan Irawan tetap melarang masyarakat setempat dan wisatawan mendekati bibir kawah maupun mendekati dasar kawah, serta tidak boleh menginap dalam kawasan Kawah Ijen.
''Masyarakat setempat atau wisatawan tidak perlu panik dengan pemunculan fenomena munculnya gas beracun, serta tidak mempercayai isu-isu terkait keadaan di Gunung Ijen yang tidak jelas sumbernya,'' kata Wawan dalam keterangan tertulisnya.
Selain itu, Badan Geologi meminta masyarakat setempat atau wisatawan agar tetap mengikuti arahan dari pengelola wisata Gunung Ijen (BKSDA). ''Pengelola wisata Gunung Ijen (BKSDA) hendaknya membuat papan peringatan ‘Awas Bahaya Gas Beracun’ mulai dari Paltuding sampai kawah Gunung Ijen,'' imbau dia.
Jika tercium bau gas belerang yang menyengat, masyarakat agar menggunakan masker yang memadai . Bila kondisi darurat, warga dapat menggunakan kain basah sebagai penutup alat pernapasan (hidung/mulut).
Pengelola wisata Kawah Ijen (BKSDA) juga diimbau agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Ijen di Licin, dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi.
Hasil Pengamatan Terkini
Tim gabungan di lokasi pertama warga terpapar gas beracun Kawah Ijen (BPBD Bondowoso untukPada 21-22 Maret 2018, visual cuaca cerah hingga berawan, angin lemah ke arah tenggara dan selatan. Suhu udara 18 - 28°C. Gunungapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal tinggi sekitar 100-200 meter dari puncak.
Aktivitas kegempaan terekam dua kali gempa Vulkanik Dalam (VA), 19 kali gempa Vulkanik Dangkal (VB), sekali gempa Hembusan (HB), tiga kali gempa Tektonik Jauh (TJ), dan sekali gempa Tremor (TR). Terjadi anomali perubahan jumlah Gempa Vulkanik Dangkal (VB) 24 Februari – 2 Maret 2018, 10-11 Maret 2018 dan 18-21 Maret 2018.
Konsentrasi gas terdeteksi adanya tiga anomali konsentrasi gas pada kurun waktu Januari-Maret 2018, yaitu: tanggal 10 Januari 2018 pukul 12:56 WIB di mana gas CO2 sekitar 2563 ppmv, SO2 3,6 ppmv, dan H2S 2,4 ppmv; tanggal 19 Februari 2018 pukul 13:26 WIB, terdeteksi gas CO2 mencapai 5139 ppmv, SO2 146 ppmv, dan H2S 23 ppmv; dan tanggal 21 Maret 2018 pukul 19:24 WIB, gas CO2 mencapai 5140 ppmv, SO2 tidak terukur (mungkin melebihi kapasitas ukur sensor), dan H2S 175,8 ppmv.
Anomali ini diinterpretasikan sebagai embusan gas secara tiba-tiba atau outburst gas pada danau kawah yang terjadi akibat adanya over pressure, terutama oleh akumulasi terus-menerus gas CO2 dan gas H2S di dalam danau kawah.
Terkait erupsi Gunung Ijen, Badan Geologi menyebut potensi ancaman aliran gas racun, aliran awan panas, lumpur panas, aliran lava, hujan abu lebat, dan lahar letusan dalam radius 1,5 km dari pusat erupsi.
Aliran awan panas, lahar letusan, lahar hujan, hujan abu lebat, kemungkinan longsoran puing vulkanik, dan lontaran batu pijar dalam radius 6 km dari pusat erupsi. Terlanda aliran lahar hujan, kemungkinan perluasan awan panas atau lahar letusan, hujan abu lebat, kemungkinan dapat terkena lontaran batu pijar dalam radius 8 km dari pusat erupsi.
Sbelumnya, gas beracun menyembur dari kawah Ijen dan mengakibatkan 30 warga harus dirawat di Puskesmas Ijen, Bondowoso, pada Rabu, 21 Maret 2018, sekitar pukul 21.00 WIB. Bau yang tercium adalah gas belerang.
Sumber: Liputan6.com