
HAJI – Jemaah haji diimbau untuk membawa perbekalan makanan saat wukuf di Arafah. Upaya ini untuk mengantisipasi jemaah yang tiba lebih dahulu dibanding layanan katering.
Inspektur Jenderal Kementerian Agama, Muhammad Yasin, mengatakan, mobilitas jemaah yang tinggi dari seluruh dunia di Arafah dan kepadatan kendaraan, menjadi kendala penyedia katering untuk bisa masuk ke Arafah sebelum waktu sore.
"Bila (katering) datang siang hari, jemaah juga belum terkumpul. Sebagian dapat makanan, sebagian lainnya tertunda (jemaah belum tiba)," ujar Yasin di Jeddah, Kamis 1 September 2016.
Apalagi, Yasin melanjutkan, katering ada masa sehatnya. Artinya, ada batas waktu kapan katering masih bisa dikonsumsi jemaah.
Selain itu, sebagian jemaah, menurut Yasin, baru tiba sore hingga malam. Untuk itu, Yasin menambahkan, penyediaan katering setelah salat Magrib dinilai bisa memenuhi mayoritas jemaah yang sudah tiba di Arafah.
Meskipun, dia mengatakan, masih ada jemaah yang tiba malam hari.
Menyikapi situasi itu, Yasin melanjutkan, sosialisasi agar jemaah membawa perbekalan sendiri, terutama yang mendapat jadwal berangkat pagi dan siang hari ke Arafah, menjadi solusi. "Tidak ada jalan lain," ujarnya.
Sementara itu, terkait penyejuk udara (AC) di setiap tenda jemaah dan petugas, Kementerian Agama, juga sudah memintanya sejak dulu ke pemerintah Arab Saudi. Namun, kendala yang dihadapi pemerintah Arab Saudi adalah terkait daya listrik.
"Jika pemerintah Arab mampu (sediakan daya listrik), ya semua tenda akan ber-AC," ujar Yasin.
Sebelumnya, Ketua Muassasah Asia Tenggara, Muhammad Amin Indragiri, mengatakan, water fan atau kipas angin yang bisa menyemprotkan air juga sudah mulai dipasang di tenda jemaah haji Indonesia di Arafah. Saat itu, proses pemasangan mencapai lebih dari 1.000 water fan.
(ren)
Sumber: VIVA.co.id