
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
MANILA - Korban dari perang terhadap obat-obatan yang sedang dilancarkan oleh Presiden Duterte terus bertambah, dengan angka terbaru menunjukkan bahwa sudah lebih dari 2.400 pengguna dan pengedar narkoba tewas sejak ia meluncurkan kampanye berdarah itu lebih dari dua bulan lalu.
Angka yang dirilis oleh Polisi Nasional Filipina (PNP) pada Minggu (4/9/2016) menunjukkan bahwa 1.011 diduga pengguna dan bandar serta penjual narkoba telah tewas dalam operasi polisi sejak Duterte mulai enam tahun masa jabatannya pada 1 Juli lalu.
Sejak terpilih Duterte langsung mengkampanye perang melawan kejahatan bagi bangsa yang berada di Asia Tenggara. Terutama perdagangan narkoba.
Ia telah mendesak warganya untuk "membunuh pengedar narkoba". Polisi Filipina pun akan mendukungnya dengan sepenuh hati dalam melakukan perang terhadap narkoba itu.
Hasilnya mengejutkan, dengan rata-rata sekitar 37 orang per hari yang tewas di luar hukum.
Wakil-wakil dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) serta kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional telah mengutuk pembantaian yang merajalela, dan menilai Duterte telah meremehkan HAM.
"Saya tidak peduli tentang hak asasi manusia, saya percaya," katanya pada awal Agustus.
Setelah pengeboman di kota kelahirannya Davao minggu lalu oleh militan yang tergabung dalam ISIS, yakni Kelompok Abu Sayyaf yang membunuh 14 orang dan melukai sekitar 70.
Ia menyatakan "negara melawan kejahatan" bisa melihat polisi dan militer berperilaku dengan impunitas dalam minggu-minggu yang akan datang. (TIME)
Sumber: TRIBUNNEWS.COM