EKONOMI - PT PLN (Persero) hanya sanggup menyediakan sekitar Rp1 triliun untuk membiayai kembali pembangunan 17 proyek pembangkit listrik dari total 34 pembangkit listrik yang mangkrak.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir menyebutkan pembiayaan tersebut berasal dari kantong perusahaan. Namun, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pihak swasta yang terlibat dalam proyek juga tetap membiayai kembali.
"Pembiayaan sebagian dari BUMN tapi mungkin ada Rp1 triliun (biaya tambahan dari PLN). Jadi, tujuannya tidak mencari untung lagi tetapi bagaimana menekan kerugian hingga paling kecil," ungkap Sofyan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, kemarin.
Sofyan mengungkapkan, keseriusan PLN melanjutkan 17 dari total 34 proyek pembangkit listrik didasari oleh hasil evaluasi lokasi proyek, pemeriksaan hingga kalkulasi yang dilakukan oleh sejumlah ahli, termasuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Dari hasil evaluasi tersebut, PLN menemukan 17 proyek pembangkit listrik masih memenuhi kualifikasi, baik dari segi legalitas hingga pembiayaan.
"Tapi nanti kita hitung dulu cost and benefit-nya, apakah harus bangun baru, dilanjutkan atau bahkan menarik transmisi. Termasuk mana yang didahulukan untuk bangun genset tambahan," jelas Sofyan.
Sementara sisanya, lanjut Sofyan, sebanyak 12 proyek tak dilanjutkan oleh PLN dan sisanya masih dikaji oleh tim ahli. Namun begitu, Sofyan tak merinci proyek-proyek apa saja itu.
Selain itu, kelanjutan proyek memang harus dilaksanakan oleh pemerintah karena telah diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan dengan pertimbangan biaya dan manfaat proyek pembangkit listrik.
Sebagai informasi, hasil evaluasi menunjukkan beberapa masalah yang mendera mangkraknya 34 proyek pembangkit listrik, mulai dari lokasi yang sulit diakses dari jalan utama provinsi, infrastruktur yang terbatas, jenis lahan bergambut hingga pembiayaan proyek yang terlalu tinggi.
Sebelumnya, selain meminta BPKP, Presiden Joko Widodo bahkan menyebut akan meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk turut memeriksa 34 proyek pembangkit listrik mangkrak tersebut.
"Karena ini menyangkut uang yang bukan kecil, gede sekali, Rp34 triliun. Pembangkit listrik sampai sekarag saya belum dapat kepastian mengenai ini," kata Jokowi awal November lalu.
Berikut daftar 34 proyek pembangkit listrik yang mangkrak berdasarkan data dari PLN:
Sumatera
1. PLTU Tembilahan (EPC) 14 MW
2. PLTU Kuala Tungkal 14 MW
3. PLTU Bengkalis 20 MW
4. PLTU Ipuh Seblat 6 MW
5. PLTU Tembilahan (IPP) 11 MW
Kalimantan
6. PLTU Kuala Pambuang 6 MW
7. PLTU Malianu 6 MW
8. PLTU Parit Baru 100 MW
9. PLTU Bengkayang 55 MW
10. PLTU Tanjung Redep 14 MW
11. PLTU Tanjung Selor 14 MW
12. PLTU Sampit 50 MW
13. PLTU Buntok 14 MW
14. PLTU Kotabaru 14 MW
15. PLTU Tarakan 14 MW
Sulawesi dan Nusa Tenggara
16. PLTU Ampana 18 MW
17. PLTU Buleleng 1,2 MW
18. PLTU Gorontalo 50 MW
19. PLTU Kendari Expansi 10 MW
20. PLTU Lapai 24 MW
21. PLTU Talaud 6 MW
22. PLTU Alor 6 MW
23. PLTU Atambua 24 MW
24. PLTU Rote Ndao 6 MW
25. PLTU Sumbawa Barat 14 MW
26. PLTU NTB Bima 20 MW
27. PLTU Bau-Bau 14 MW
28. PLTU Raha 6 MW
29. PLTU Wangi-Wangi 6 MW
Maluku dan Papua
30. PLTU Soffi 6MW
31. PLTU Timika 28 MW
32. PLTU Waii Ambon 30 MW
33. PLTM Kalibumi 2,6 MW
34. PLTU Jayapura 30 MW (gen)
Sumber Berita