-->

Wednesday, 13 December 2017

Mau Panjang Umur? Riset: Lakukan Olahraga Ini 2 Kali Sepekan


Mulai sekarang sering-seringlah melakukan olahraga push-up dan juga sit-up. Manfaatnya besar.

Sydney - Mulai sekarang sering-seringlah melakukan olahraga push-up dan juga sit-up. Dua latihan ini ternyata tidak hanya bagus untuk menguatkan otot perut dan dada, tapi juga bisa menambah masa hidup Anda. Kesimpulan ini didapat dari sebuah penelitian yang membandingkan penyebab kematian dari berbagai jenis olahraga.

Nah, hasil studi yang melibatkan 80.306 orang dewasa itu menemukan mereka yang rutin melakukan latihan menguatkan otot memiliki risiko kematian prematur lebih rendah sekitar 23 persen. Pun dengan kematian akibat kanker juga lebih rendah sekitar 31 persen. Hasil penelitiannya telah dipublikasi dalam American Journal of Epidemiology.

Ada catatannya, memang. Peserta dengan penyakit kardiovaskuler atau kanker pada awal dan mereka yang meninggal dalam dua tahun pertama masa tindak lanjut dikeluarkan dari penelitian ini. Sebab, mereka memiliki kondisi sebelumnya kurang berolahraga.

Studi yang dipimpin oleh University of Sydney mengambil data dari Survei Kesehatan Inggris dan Skotlandia ini menyatakan bahwa latihan peningkatan kekuatan otot ini sama pentingnya dengan latihan aerobik. Ini menjadi salah satu yang paling penting dalam penelitian ini.

Bukti empiris terbaru menunjukkan regimen kebugaran yang seimbang sempurna harus mencakup kombinasi aktivitas fisik intensitas rendah dan/atau "sedang ke kuat" (MVPA) sama dengan beberapa jenis pelatihan ketahanan kekuatan. Setidaknya dua kali selama sepekan.

Emmanuel Stamatakis, penulis utama dari Sekolah Kesehatan Masyarakat dan Pusat Perkins Charles, mengatakan latihan kekuatan otot telah mendapatkan perhatian untuk manfaat fungsional seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian kecil pun telah melihat dampaknya terhadap risiko kematian.

"Studi ini menunjukkan latihan yang mementingkan kekuatan otot mungkin sama pentingnya bagi kesehatan seperti aktivitas aerobik, joging, atau bersepeda," kata Stamatakis. Menurut dia, temuannya ini dapat mencerminkan hubungan sebab dan akibat, yang mungkin akan lebih penting lagi menyangkut risiko kematian akibat kanker.

Pedoman aktivitas fisik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun merekomendasikan aktivitas aerobik untuk orang dewasa, ditambah dua hari aktivitas penguatan otot setiap minggunya.

"Tapi, pemerintah dan otoritas kesehatan masyarakat telah mengabaikan untuk mempromosikan pedoman berbasis kekuatan di masyarakat, karena itu salah mengartikan betapa aktifnya kita sebagai sebuah bangsa," ujar dia.

Stamatakis pun mengutip contoh survei Aktivitas Gizi dan Kesehatan Nasional Australia, yang mencatat, berdasarkan aktivitas aerobik, didapat hasil mereka yang tidak aktif mencapai 53 persen. Hasil berbeda didapatkan dengan menggunakan pedoman berbasis kekuatan dari WHO. Hasilnya? Lebih buruk, 85 persen orang Australia gagal memenuhi rekomendasi.

"Sayangnya, kurang dari 19 persen orang dewasa Australia melakukan jumlah latihan berbasis kekuatan yang disarankan," kata Stamatakis.

Data lainnya, seperti yang diungkap dalam sebuah studi yang diterbitkan pada 19 Oktober di American Journal of Preventive Medicine, sekitar 140 ribu orang dewasa AS yang lebih tua didapati kurang melakukan aktivitas dari pedoman yang direkomendasikan, yakni 150 menit per minggu. Padahal, aktivitas fisik yang cukup secara signifikan dapat meningkatkan hasil kesehatan masyarakat. Hal ini juga menurunkan risiko kematian.

Karena itu, Stamatakis menuturkan, penelitian ini mendorong pemikiran ulang tentang waktu latihan yang diperlukan dan memperluas jenis latihan dalam jangka panjang.

Analisis juga menunjukkan latihan yang dilakukan dengan menggunakan berat badan sendiri tanpa peralatan khusus sama efektifnya dengan latihan berbasis pusat kebugaran atau gym. "Ketika orang memikirkan latihan kekuatan, mereka langsung memikirkan untuk melakukan angkat beban di pusat kebugaran. Padahal itu tidak harus terjadi," ujar dia. Sebab, banyak orang yang terintimidasi oleh pusat kebugaran, karena biaya atau yang dipromosikan budaya mereka.

"Jadi, siapa pun dapat melakukan latihan klasik seperti triceps dips, sit-up, push-up, atau menekuk lutut di rumah mereka sendiri atau taman lokal, dan berpotensi mendapatkan manfaat kesehatan yang sama," kata dia. Meski demikian, penelitian ini bersifat observasional. Namun berbagai penyesuaian bisa dilakukan untuk mengurangi pengaruh faktor lain seperti usia, jenis kelamin, status kesehatan, perilaku gaya hidup, dan tingkat pendidikan.

AMERICAN JOURNAL OF EPIDEMIOLOGY | AMERICAN JOURNAL OF PREVENTIVE MEDICINE | SCIENCE DAILY | PSYCHOLOGY TODAY

 Sumber Berita 


NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner