-->

Saturday, 11 November 2017

Dokter Helmi Beli Dua Senpi Rp45 Juta



PERISTIWA – Polda Metro Jaya terus melakukan penyidikan kasus penembakan di Klinik Az Zahra Medical Centre, Jakarta Timur, Kamis (9/11).

Senjata api (senpi) yang digunakan dr Ryan Helmi untuk menembak sang istri, dr Letty Sultri, dibelinya dari seseorang seharga Rp45 juta. Kini polisi masih menyelidiki siapa orang yang menjual senjata kepada Helmi. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, Helmi membeli dua senjata api, yakni jenis revolver dan FN Five Seven. “Untuk senjata api jenis revolver dibeli seharga Rp25 juta, sedangkan FN Five Seven dibeli seharga Rp20 juta,” kata Argo di Mapolda Metro Jaya, Jumat (10/11).

Argo menuturkan, tersangka be - lum mau menyampaikan kepada pe - nyi dik identitas penjual senpi ter - sebut. Saat ini polisi te ngah men - dalami kepemilikan sen ja ta itu untuk memastikan apakah dia memilikinya sejak lama atau baru membeli hanya untuk mem bunuh istrinya. “Jadi untuk pendalaman, kita memerlukan waktu seperti yang saya sampaikan, tidak se ca ra maraton. Tapi kita juga mem - punyai kemanusiaan, kita lihat kalau misalnya lagi lelah kita persilakan istirahat,” ucap nya. Kedua senjata api itu sudah disita dan dikirim ke Labo ra to - rium Forensik (Labfor) Mabes Polri untuk memastikan ma - sing-masing jenis senjata api yang dibawa Helmi itu.

“Kita kirim ke Labfor senjata apinya untuk mengetahui apa itu rakitan atau organik,” ujar Argo. Kriminolog dari Universitas Indonesia Ikraq Sulhin me ne - gas kan bahwa peredaran sen ja ta yang marak digunakan oleh para pelakukejahatandipas ti kandari pasargelap. Senjatayangdigu na - kan para pelaku pe rampokan itu ada dua macam. Mulai dari sen - jata sewaan dan senjata ilegal yang dibeli dari pasar gelap. “Se - hingga polisi pasti kesulitan un - tuk melacak pemilik senjata. Ka - rena me mang nomor seri sen - jata-sen ja ta gelap tersebut tidak ter daftar,” ucapnya.

Polisi juga harus memper ke - tat pengamanan beberapa titik yang dinyatakan rawan. Selain itu, pengawasan peredaran sen - jata juga harus melibatkan ka - langan masyarakat. Selain itu, polisi harus bisa melakukan pengawasan per - edar an senjata api yang ada di masyarakat. Salah satunya ak - ses para pelaku untuk men da - pat kan senjata seharusnya sema kin dipersempit dengan me - nempatkan anggota intelijen di lingkungan masyarakat yang di - curigai sebagai pelaku peredar - an senjata. “Memang kalau sen - jata dari luar negeri tidak ter daf - tar atau susah dideteksi, tapi ka - lau pengawasannya diperketat maka segalanya akan menjadi lebih mudah untuk diawasi,” tandasnya.

Awalnya Hanya Menakuti

Dari hasil penyidikan, Helmi memang sejak awal telah mem - bawaduasenpiitusaat datangke Klinik Az Zahra untuk me ne mui istrinya. Namun, dia awal nya tak bermaksud untuk lang sung membunuh istrinya. “Dia ren ca - nakan untuk menakuti kor ban agar berubah pikiran un tuk tak minta cerai,” ujar Argo. Helmi datang ke klinik naik ojek dengan membawa senjata yang ditaruhnya di dalam tas. Sebelum masuk ke dalam klinik, dia mengisi senjata itu dengan peluru.

Kemudian, Helmi meng ajak istrinya berbicara untuk tidak lagi meminta cerai, tapi istrinya enggan menanggapi sehingga terjadi cekcok, dan dokter Letty masuk ke ruang administrasi. Saat itulah niat pelaku membawa senpi untuk hanya menakuti korban menjadi berubah. “Di situ dia malah melakukan penembakan karena istrinya tak mau ber - ubah pikiran,” kata Argo. Helmi yang sudah kalap sempat menodongkan senja tanya ke Letty. Karena ketakutan, korban berusaha kabur dengan masuk ke ruang administrasi dan mengunci pintu.

Pelaku terus memburunya dengan meng gedor dan menendangi pintu ruangan agar bisa masuk. “Nah, karena tak bisa masuk, pe - laku ini ke tempat loket admi - nistrasi dan menembaki korban dari loket itu dan mengha bis - kan peluru senjata apinya,” papar Argo. Ada enam peluru dimun tah - kan ke tubuh Letty hingga kor - ban tewas. Para pengunjung dan pegawai tak bisa berbuat ba nyak. Mereka ketakutan dan ber - hamburan ke luar klinik.

Se telah itu, Helmi sempat kabur sebe - lum akhirnya menye rah kan diri beserta dua senpinya ke polisi. Kemarin, dokter Helmi tam - pak dibawa penyidik dari ruang Ditreskrimum Polda Metro Jaya ke ruang tahanan Polda Me tro Jaya usai diperiksa se - cara intensif. Pria berkepala plon tos di bagian tengahnya itu tampak terus menutupi wajah - nya saat awak media mencoba mengambil gambar. Saat ditanyai awak media, Helmi mengaku mendapatkan bisikan gaib sehingga mem be - ron dong enam peluru ke istri - nya itu. Dia mendapatkan pe - rin tah untuk menembak istri - nya itu sebanyak dua kali.

“Itu (penembakan) perintah,” ujar - nya sambil terus berjalan dan menutup wajahnya. Lebih jauh Helmi menga ta - kan kalau dirinya mengon sum - si obat penenang sebelum me - nembak mati istrinya. Helmi mengaku minum obat pe ne - nang karena mengalami gang - guan di dalam jiwanya. “Benzo buat psikotik, kalau tak tahu (itu obat apa?) tanya dok ter,” katanya. Helmi terus menutupi wajah dengan kedua tangan - nya. Me ngenakan kemeja garisgaris putih biru dengan celana bahan, dia mengaku ingin me - nyusul sang istri. Namun, se - pertinya dia tidak mengetahui apa yang dikatakannya. Bahkan, dia kembali ngawur ketika ditanya mengapa tega membunuh sang istri. “Rein - kar nasi, reinkarnasi, rein kar - na si. Semua yang mati pasti akan pindah ke tubuh yang lain. Jiwa Letty akan datang ke tu - buh yang lain. Buat apa bisa di - bunuh,” ungkapnya.

Sejauh ini polisi telah me - mer iksa empat orang saksi da - lam kasus tersebut. Salah sa tu - nya ialah driver ojek online yang mengantarkan pelaku ke klinik korban. Akibat ulah sadisnya, pelaku dijerat pasal berlapis. Selain dijerat Pasal 340 KUHP dan 338 KUHP tentang Pembunuhan, pelaku juga akan dijerat UU Darurat karena me - mi liki senjata api tanpa izin. Ada pun dalam pasal tersebut ber isi, barang siapa sengaja dan de ngan rencana lebih dahulu me rampas nyawa orang lain, di - ancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun.

Kenalan di Facebook

Di tempat terpisah, keluarga dokter Letty sangat terpukul dengan tragedi tersebut. Pihak keluarga juga meminta Helmi dihukum seberat-beratnya. Kakak kandung dr Letty, Afifi Bachtiar menuturkan, keluarga telah menyerahkan semuanya ke polisi. Dia mengaku almarhumah kerap menceritakan tingkah laku Helmi kepadanya. Menurut Afifi, Letty mengeluhkan sikap pemalas Helmi. “Kalau dengan keluarga lain, Helmi ini orangnya baik, ceria-ceria saja. Tetapi kalau di rumah, Helmi ini pemalas,” ungkapnya.

Helmi menunjukkan sikap pe malasnya setelah dua tahun menikah. Dia jarang keluar ru - mah meski berprofesi sebagai dok ter kecantikan. Tiap hari ker - janya hanya menonton TV, bah - kan untuk uang rokok saja pe la - ku meminta kepada sang istri. Sementara Letty, dice ri ta - kan nya adalah orang yang ra - mah dan penuh kasih sayang. “Fia (Letty) dekat dengan ke po - na kannya, makanya kami sa - ngat kehilangan dia,” ucapnya. Afifi menjelaskan, adiknya mengenal Helmi dari jejaring sosial Facebook lima tahun yang lalu. Tidak beberapa lama ke - mu dian, Letty me mu tus kan un tuk menikah dengan Helmi.

“Karena memang baik, jadi kami keluarga juga meres tui - nya,” ungkapnya. Pada awal pernikahan me - mang tidak ada masalah. Na - mun, memasuki tahun kedua mulai terjadi keributan yang didengar keluarga. “Kalau ribut, adik saya juga suka cerita, apa - lagi sejak Helmi nganggur,” ujarnya. Namun karena tidak kuat dengan ulah Helmi, Letty akhir - nya menggugat cerai suaminya hingga terjadilah tragedi pe - nembakan tersebut. Letty ke - ma rin telah dimakamkan di Tem pat Pemakaman Umum (TPU) Kemiri, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur.

Sementara itu, Ikatan Dok - ter Indonesia (IDI) me nye rah - kan sepenuhnya kasus pe nembak an dr Letty ke aparat ke - polisian. Sekjen PB IDI dr Moh Adib Khumaidi mengatakan, kasus dr Letty itu sudah masuk dalam persoalan hukum, maka itu se - mua kewenangannya berada dalam koridor aparat penegak hukum.

Helmi syarif/ sindonews

 Sumber Berita 


 

Delivered by FeedBurner