-->

Tuesday, 21 November 2017

Kecelakaan Pesawat Jamaah Haji Indonesia di Sri Lanka, 183 Orang Tewas

Ilustrasi pesawat rombongan jamaah haji Indonesia (Foto: Kemas I/Okezone)
PERISTIWA - Bayangan wajah bahagia keluarga menyambut kepulangan dari Tanah Suci memenuhi benak para jamaah haji Indonesia yang terbang dengan menggunakan pesawat milik Icelandic Airlines pada November 1978. Akan tetapi, momen bahagia itu tidak pernah terjadi bahkan berganti dengan duka.

Pesawat berjenis DC-8 tersebut mengalami kecelakaan di Sri Lanka 39 tahun yang lalu atau tepatnya 15 November 1978. Burung besi yang disewa oleh Garuda Indonesia itu sedianya transit sejenak di Sri Lanka untuk mengisi bahan bakar serta mengganti seluruh kru penerbangan.

Para jamaah haji itu terbang dari Bandara Jeddah, Arab Saudi, dan dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur. Penerbangan dari Jeddah berjalan cukup lancar tanpa hambatan hingga mendekati Bandara Internasional Colombo di Katunayake.

Sekira pukul 22.53 malam waktu setempat, pilot pesawat mengajukan permintaan penggunaan landasan pacu nomor 22 dan memulai prosedur pendaratan (ILS). Namun, pesawat tidak pernah mendarat di bandara tersebut. Kurang lebih 30 menit setelah mengajukan permintaan, pesawat jatuh ke perkebunan karet dan kelapa sawit yang berada tidak jauh dari bandara.

Melansir dari History, Rabu (15/11/2017), pilot diketahui melakukan beberapa kesalahan kecil namun cukup fatal. Hasil penyelidikan dari flight data recorder (FDR) mengungkapkan, pilot gagal membei tahu ke menara kontrol serta tidak mampu menghitung ketinggian pesawat saat prosedur pendaratan.

Secara umum, kondisi tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap penerbangan. Akan tetapi, pesawat ternyata turun lebih cepat ketika mulai mendekati landasan pacu. Pada titik ini alarm ketinggian pesawat lazimnya sudah berbunyi dengan kencang. Nahasnya, batas keamanan yang diatur adalah 150 kaki (sekira 47 meter) alih-alih 250 kaki (sekira 76 meter).

Pilot terlambat menyadari kesalahannya. Ketika sadar pesawat turun terlalu cepat, sudah tidak memungkinkan lagi untuk membatalkan prosedur pendaratan. Pesawat menabrak pucuk dahan sejumlah pohon kelapa sawit sekira 1,6 kilometer (km) dari landasan pacu dan menghantam perkebunan karet.

Meski badan pesawat tidak rusak atau hancur, bola api besar tetap tercipta akibat efek tabrakan. Lima unit regu pemadam kebakaran diterjunkan ke lokasi. Namun, upaya pemadaman terhambat oleh padatnya jarak antara satu pohon karet dengan pohon lainnya.

Kecelakaan tersebut menewaskan 175 orang penumpang dan delapan kru penerbangan serta melukai 32 orang lainnya. Ajaibnya, bagian depan dari kabin pesawat tidak terbakar sehingga 47 orang dapat keluar dari bangkai pesawat dengan selamat.

(war)

 Sumber Berita 
 

Delivered by FeedBurner